Bagian Pertama ( The Trip)
Pada hari Minggu kuturut Belle ke
Naik kereta ekonomi ku duduk di belakang
Ku duduk depan si Bele yang lagi pacaran
Bersama Anis, Ilham dan juga Danar..
Hey..tut tut tut tut tut tut tut tut tut
tut tut tut tut tut tut tut tut tut
suara kereta api..
lirik oleh Ira dan Oma~ dinyanyikan dengan nada lagu Pada hari Minggu
Perjalanan ini yang sudah dirancang jauh jauh hari namun memiliki banyak kendala dari rute perjalanan, orang yang kira kira ikut ataupun financial. Namun pada akhirnya kami bertujuh bersiap untuk memulai petualangan. Tujuh orang yang sangat pemberani itu adalah saya Nurul Anisa Putri, Isabella Anjani, Ira Destiana, Rima Rahayu, Ilham fauzi dan Danar Anindito. Berangkat dari Stasiun Senen dengan keberangkatan jam 2 siang. Secara mendadak si Danar datang dan lupa membawa atm. Sungguh tragis tapi nyata. Lalu petualangan dimulai. Dengan penggunaan kereta Matarmaja (Malang-Blitar-Madiun-Jakarta) seperti kisah para petualang dalam buku 5 cm. Suasana kereta ekonomi sebenernya tidak terlalu seram dibandingkan dengan kereta bisnis. Yang membedakan cuma tempat duduk yang bisa diputar. Sedangkan ekonomi tidak.
Hawa-hawanya sih memang agak seram melihat para penumpang agak aneh melihat kita yang mungkin mereka pikir tak pernah naik kereta. Banyak yang kayak preman dengan alunan bahasa jawa yang kental. Yang sungguh saya tak pernah mengerti maksud dari pembicaraan mereka. Untunglah ada ahli sulih bahasa jowo yaitu maba. Hahaha. Kereta melaju seperti biasa menembus sawah yang luas dipandang mata, langit cerah, rumah rumah membuat mata ini termanjakan dari rutinitas hidup yang ada.
Untuk menghabiskan waktu kami bermain kartu. Permainan yang dimainkan adalah main babi. Dan yang selalu kalah maka akan menjadi maha babi. Lalu juga kami bermain maling diman polisi akan menebak siapa malingnya. Sumpah kocak gila..seru banget sampai orang orang merhatiin kita. Mungkin lebih tepatnya kebanyakan teriak..”babi..ih lo babi…” malam semakin larut. Beberapa
Sampai suatu ketika sebelum Stasiun Solo kami diberhentikan karena adanya gossip para Bonek yang sedang ricuh denagn rakyat Solo.Lama sekali menunggu suatu ketidakpastian selam 3 jam. Nasib para penumpang Matarmaja hanya bisa berpasrah pada keputusan masinis dan Allah SWT. Kepasrahan dilakukan dengan tidur tidur ayam alias tidur was-was. Ini pengalaman kami pertama kali naik kereta ekonomi sejauh itu. Sungguh aneh..Akhirnya kereta dijalankan kembali dengan keadaan khawatir. Mungkin situasi aman. Tapi belum berani untuk membuka jendela. Lalu kami lewati stasiun Solo itu dan keadaan hening aman dan damai. Dan pikir kami, wah udah beres kali yah tuh acara balas dendam. Teman saya tiba-tiba mengagetkan sok pura-pura kena lemparan batu. Dan tiba-tiba serangan rakyat Solo meluncur. Batu- batu yang entah sebesar apa dilemperkan kepada kereta. Membuat kaca-kaca terpecah. Suaranya seperti ledakan-ledakan atau suara senjata yang dilemparkan buk..buk..buk..buk…ketika perang. Lalu semua penumpang panik melindungi mereka masing masing dengan bertiarap dan menutupi diri dengan tas. Demi Allah saya dan kawan kawan kaget setengah mati. Jendela untungnya sudah ditutupi sesuatu agar tidak langsung terkena lemparan. Dalam hati kami berzikir agar dimudahkan dan dibuat tenang sambil memikirkan orang tua yang takutnya khawatir dengan keadaan kami. Kaget itu yang saya rasakan, tidak percaya itu yang saya rasa. Semua orang terdiam. Saya merasa seperti di sebuah adegan sebuah film yang menjadi tawanan Al-Qaeda. Beberapa kaca pecah dan untungnya pecahannya tidak melukai penumpang.
Setelah beberapa menit menghirup napas dengan pikiran seolah tidak percaya. Akhirnya kami melewati fase itu. Padahal para Bonek bukan berada pada kereta ekonomi Matarmaja ini. Tapi kena dampaknya.
Lega sekali setelah kejadian itu, setidaknya bisa tidur denagn tenang.
Kulayangkan pandangku mealui kaca jendela
Dari tempatku bersandar seiring lantun kereta
Membawaku melintasi tempat-tempat yang indah
Membuat isi hidupku penuh riuh dan berwarna..
Kualunkan rinduku selepas aku kembali pulang..
(Padi ; Perjalanan Ini,2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar