Rabu, 23 Desember 2009

dilema akhir tahun

Setahun lalu..saya dibingungkan dengan pilihan untuk tetap berkontribusi atau tidak. apa yang saya harus jalankan setahun kedepan..

tahun ini saya takut dan khawatir apa yang harus saya lakukan setahun kedepan lagi. namun rasanya lebih lapang dan tenang. entah mengapa..

tahun depan mungkin semua cerita baru akan dimulai. tahun depannya masuki dunia baru sebagai masyarakat yang tidak bergantung lagi. dan jujur saya takut dengan apa yang terjadi di depannya dan hidup akan selalu begitu, ketakutan dan harapan bersatu padu.. tahun demi tahun berlalu..smester demi smester telah berlalu namun rasanya selalu masih ada yang kurang..

kurang bersyukur pastinya...dan ucapkan
Selamat tinggal smester 5...

Sabtu, 05 Desember 2009

Ujian (lagi, lagi dan lagi)

Dari TK sampai tingkat Universitas kita akan selalu mengalami ujian. Entah Ujian Caturwulan, Ujian Tengah Smester, Ujian Akhir Smester, Ujian Akhir Nasional serta nama nama lainnya. Terkadang saya jenuh menjalani semua ini. Mau daftar ini harus ujian, mau daftar sana ujian lagi. Terus kapan ini akan berakhir. Dan saya pikir ujian akan berakhir ketika kita sudah menjalani sarjana dan telah bekerja. Nah, sebelum bekerja pun kita akan tetap mengalami ujian dikarenakan apakah kita bisa lulus kualifikasi diantara pesaing-pesaing lainnya. Hmmm..saya masih khawatir dengan kemampuan saya sendiri..hehe

Namun, pada suatu hari saya terpikir kalau tidak ada ujian pasti seseorang tidak memiliki motivasi untuk belajar. Walaupun belajar beberapa hari sebelum ujian tetapi itu menandakan bahwa ujian akan meningkatkan keinginan kita untuk maju. Contoh yang telah saya sebutkan adalah ujian dalam bidang akademis. Sampai suatu saat saya menjadi salahsatu pengawas ujian CPNS BPK dimana orang-orang yang diuji adalah para sarjana-sarjana yang entah baru lulus maupun sudah bekerja. Kalau dilihat dari tampang sih dari yang muda sampai tampang bapak-bapak juga ada. Dari tampang yang santai sampai tampang doyan belajar banyak dari yang biasa saja sampai yang modis, dari yang belum menikah sampai yang berbadan dua juga ada. Masya Allah, antusias sekali mereka mengikuti ujian.

Kebetulan, tempat yang saya awasi agak kurang layak untuk ujian. Jujur, masih lebih bagus tempat tes ujian ketika SPMB dua tahun lalu. Kursinya hanya kursi yang biasa dipakai di kondangan berwarna merah tanpa meja. AC seadanya. Dan mereka mengerjakannya hanya dengan papan seadanya. Hmm..unik pikir saya..dan saya masih bertanya-tanya mengapa di tes di tempat seperti ini ya?? Mungkin secara massal penyewaan tempat akan lebih murah. Tapi apa dibalik esensi ujian seperti ini,, makin banyak pertanyaan di otak saya. jam dinding pun terasa lama bergerak, setiap menitnya amat berarti. Benar dalam kondisi seperti ini waktu sangat berharga dan terasa cepat bagi si-yang-mengalami-ujian namun waktu terasa amat lama dan rasanya-ingin-mati-saja untuk para pengawas yang terbengong-bengong sambil putar-putar selama 3 jam.hahahahahahhahaha.

Melihat sekeliling, teringat orang yang tengah hamil itu..hebat banget..itu perut apa-kagak-kegencet yah pas ngerjain soal matematika dan sejenisnya atau tes psikotes…ckck..lalu sayajuga lihat ada seorang laki-laki bertangan kanan cacat sehingga hanya menggunakan tangan kirinya untuk mengerjakan semua. Dan mereka masih tetap semangat tanpa mengeluh padahal mungkin peluang mereka juga kecil. Namun, nasib siapa yang tahu. Dari situlah saya agak merasa selama ini terkadang saya mengeluh dalam hati kenapa selalu begini-begitu, ujian lagi ujian lagi, dan ingin merasakan hidup tenang tanpa beban namun itu tidak mungkin.

Diakhir ujian tiba-tiba saya menyimpulkan dengan logika sendiri bahwa mereka yang diuji sengaja diperlakukan seperti itu karena ujian dalam mengatasi kondisi dan situasi. Saya yakin mereka semua pintar-pintar, banyak pengalaman, berlogika tajam dan dewasa namun apakah mereka mampu diuji dalam kondisi sesulit apapun dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu masalah yang berarti. Dan disini, ujian dimana kemampuan bukanlah segalanya, namun sikap merasa pintar sekali atau bersifat sombong akan mempengaruhi segalanya misalnya dengan mengerjakan soal tergesa-gesa atau sebagainya. Dan hanya Tuhan yang tahu mana diantara hambanya yang telah berusaha keras dan memasrahkan diri hasil akhir hanya kepada-Nya.

Itu hanya contoh ujian dalam akademis. Dan ujian itu sebenarnya kita rasakan setiap waktu. Bukan hanya ketika kita sedih atau tertimpa musibah baru kita akan ingat dan meminta pertolongan kepada Yang maha Kuasa. Namun ketika kita memiliki kebahagiaan pun itupun adalah ujian apakah kita bisa tetap bersyukur ditengah kegelimangan harta,tahta dan kasta ( apa dah ini ). Terkadang kita terlalu egois bahwa kebahagiaan adalah hasil dari perjuangan kita sendiri sehingga tidak menganggapnya itu adalah sebuah ujian.Intinya mau terjatuh tangga terus terusan ya,,harus bangkit terusss. dijerongin ke selokan juga bangun lagi..haha Mulai sekarang marilah kita mengubah pola pikir kita bahwa setiap saat adalah ujian agar kita tetap ingat kepada Tuhan.

Karena setiap waktu adalah ujian