Rabu, 24 Februari 2010

Surat Cinta Untuk si Dia

Aku tak pernah menyebut dia seorang yang tampan.Tak pernah sekalipun dalam hidupku. Dia juga tidak tinggi dan tidak bersih.Aku ini pengingat setidaknya mengingat apa saja yang terjadi di hidupku. Tapi aku mengakui jika istrinya sangat cantik. Bukan saja aku, tapi mereka. Bila istrinya senang sekali mendengar cerita keseharianku, aku terkadang tidak yakin dia mengerti cerita cerita itu. Terkadang aku merasa aku terlalu banyak bicara padanya. Dan dia sesekali menjawab tanpa kutahu maknanya seperti apa.


Dia tak sepintar seperti kawan kawannya ketika bersekolah. Karirnya tidak secemerlang teman teman sepekerjaannya. Hidupnya tak mulus seperti orang orang bayangkan. Namun istrinya selalu ikhlas dan sabar apapun keputusan yang dia pilih. Entah mengapa aku melihat kesuksesan dari sudut pandangku. Ya, dia telah memiliki istri. Ah, ada ada saja aku menyukai lelaki beristri. Aku terkadang iri pada istrinya. Betapa aku ingin katakan bahwa cintaku pada suaminya seperti tan 90’, betapa aku ingin katakan pada suaminya aku menyimpan, memendam rasa ini sekian lama, banyak peristiwa silih berganti tanpa kutahu ceritanya akan kemana.


Aku tidak tahu seberapa dia tahu tentang aku. Mungkinkah dia tahu apa yang selama ini kurasa sejak aku melihat ia bersama istrinya. Apakah dia tahu jikalau aku sedang memikirkannya. Dia memang seorang yang aneh. Pernah suatu saat mencuri perhatian, dia biasa saja. Pernah aku mengajak bercanda, dia tidak tertawa. Ah, usahaku selama ini memang sia-sia. Aku senang pada kesederhanaannya.Aku senang pada sikapnya yang penuh keoptimisan,yakin dan suatu hari ada jalan. Aku senang kepadanya ketika dia kesusahan namun masih bisa membantu orang yang lebih kesusahan. Yah, kurasa aku makin mencintainya.


Pernah aku mendapat berita baik. Secara tiba tiba dia bersyukur penuh haru dengan sujud syukurnya. Aku heran yang mengalaminya kan aku. Mengapa dia yang lebih berbahagia. Bukankah sikapnya biasanya biasa biasa saja. Datar dan dingin. Tapi aku menjadi gembira. Oh selama ini dia memperhatikanku toh..namun suatu hari aku sakit, dia menjengukku dengan istrinya yang cantik itu. Aku meraung kesakitan, dia hanya bilang ini musibah jangan kau khawatirkan itu. Aku takut apakah istrinya cemburu dengan sikapnya padaku.


Aku pun terkadang tidak tahu sebenarnya apa yang ia inginkan dariku. Dia memiliki impian yang takdir tidak menyetujuinya. Lalu ia ceritakan impian itu kepadaku. Tak semua orang tahu tentang impiannya itu.aku beruntung diceritakan impiannya itu padaku.Dulu aku pun setuju dengan impian itu. Sepertinya impian yang sangat mulia. Sebenarnya. Namun entah mengapa tidak terjadi kembali. Dia harap maklum aku memilih jalan yang lain. Jalan yang sama seperti yang ia jalani dahulu.aku yakin dia sedih. Mungkin impian itu akan terwujud dengan cara yang lain,pikirku.


Entah mengapa aku ingin berjanji ketika nanti wisudaku, ingin kuundang dia berfoto bersama di depan air mancur makara . Inginku traktir dia di gaji pertamaku.inginku kenalkan padanya suatu hari nanti siapa yang menjadi pendamping terbaikku. Dia pernah bilang padaku berpesan secara tidak tersirat pilihlah yang bisa membawaku kepada kebaikan dunia dan akhirat. Betapa aku merasa tersanjung diberikan pesan setulus itu.Ingin kuperlihatkan padanya anak-anakku yang tumbuh sehat dan lucu lucu. mungkin dengan cara cara seperti itu aku bisa menyampaikan cintaku padanya. Semoga Tuhan semua ini terwujud agar aku bisa membahagiakan dia dengan istrinya itu.


Semoga dia tidak membaca tulisan ini. Aku malu padanya. Mungkin hanya istrinya yang membacanya. Tak apa jika istrinya marah. Hanya marah kan.aku tidak yakin istrinya akan menyobek nyobek mulutku atau menggamparku seperti sinetron sinetron. Ya, istrinya adalah ibuku :)

2 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan...

good nes